Panggilan Hidup Kristiani dan Cara Menghayatinya (bag 1)

Apakah Panggilan Hidup Kristiani?

Kata “panggilan” mengandung banyak makna. Dalam konteks iman kata panggilan ini dikenakan kepada orang-orang yang “menanggapinya”, yaitu yang percaya dan mengikuti kehendak Allah.
Sedangkan “hidup kristiani” adalah suatu cara hidup yang diajarkan dan diwariskan oleh Yesus Kristus, Putera Allah, kepada para pengikut-Nya.

Allah dalam Dirinya sendiri sempurna dan bahagia tanpa Batas. Berdasarkan keputusan-Nya yang dibuat Karena kebaikan semata-mata, Ia telah menciptakan manusia dengan kehendak bebas, supaya manusia itu dapat mengambil bagian dalam kehidupan-Nya
yang bahagia.
Katekismus Gereja Katolik (KGK) menegaskan bahwa Allah memanggil manusia untuk hidup bahagia sebagai anggota keluarga-Nya. Demi tujuan itu, Allah mengutus Putera-Nya ke dunia dan semua orang yang mau menanggapi panggilan-Nya diberi-Nya karunia untuk memanggil  Allah sebagai Bapa.

Itu berarti panggilan hidup kristiani adalah panggilan Allah kepada semua orang yang mau percaya kepada Sang Putera. Allah mengaruniakan gelar anak-anak Allah berdasarkan iman mereka, supaya mereka pun “berhak” mewarisi kehidupan-Nya yang bahagia.
Jenis-Jenis Panggilan Hidup Kristiani

Dalam konteks rohani, kata “panggilan” sering dikaitkan dengan panggilan “khusus” menjadi klerus dan rohaniwan/rohaniwati. Istilah ini digunakan untuk membedakannya dengan panggilan “umum” yang biasa dikenakan kepada awam.
Pembedaan itu dipertegas lagi dengan adanya pilihan hidup selibat dan hidup berkeluarga.  Dengan demikian, semua orang yang dipanggil mengikuti Yesus Kristus untuk menjadi murid-Nya akan dihadapkan pada suatu pilihan hidup tertentu. Tapi apapun pilihan itu, kata kuncinya tetap pada “mengikuti Yesus Kristus” dan ikut ambil bagian dalam pelaksanaan Karya Keselamatan Allah.

Peran-Peran Dalam Panggilan Hidup Kristiani

Yesus Kristus diurapi oleh Bapa dengan Roh Kudus dan dijadikan “imam, nabi, dan raja”. Seluruh Umat Allah mengambil bagian dalam ketiga jabatan Kristus ini, dan bertanggung jawab untuk perutusan dan pelayanan yang keluar darinya. (KGK no. 783)

Sebagai murid Yesus Kristus, kita juga ambil bagian dalam peran-peran imam, nabi dan raja dan mewujudkannya dalam perutusan dan pelayanan. Adapun keluaran dari pelaksanaan peran awam dapat diringkas sebagai berikut:
Imam: Menjadi penyalur berkat dan rahmat Allah
Nabi: Mewartakan kebenaran Kristus
Raja: Melayani umat Allah

Peran sebagai murid Yesus Kristus di atas harus kita terjemahkan lagi ke dalam peran-peran lain dalam keluarga, pekerjaan, gereja dan masyarakat.

Dalam keluarga kita bisa berperan sebagai suami/istri, ayah/ibu, anak, mertua, atau menantu.

Di dunia kerja ada macam-macam profesi seperti dokter, polisi atau insinyur. Selain itu, ada juga peran-peran seperti karyawan, manajer, atau pemilik.

Di gereja pun kita mungkin memainkan peran sebagai ketua atau pengurus lingkungan, seksi liturgi atau katakese, dan peran-peran yang lain.
Kita perlu memainkan pelbagai macam peran, yang kadang tidak bisa dipisah-pisah, untuk menanggapi dan menghayati panggilan hidup kristiani.
Hambatan dan Tantangan Menanggapi Panggilan

“Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Mat 6:33-34)

Persoalan terbesar yang kita hadapi dalam menanggapi panggilan Allah adalah munculnya hal-hal yang menghambat atau merintangi upaya menjadikan Allah sebagai Tuhan dan Raja hidup kita. Wujudnya bisa bermacam-macam, contohnya hubungan dengan orang lain, pengaruh paham non-kristiani, atau peristiwa penting yang terjadi dalam hidup.
Kekuatiran akan hari esok sebagai hambatan mendasar bagi manusia untuk menerima kehadiran Allah.

Pertama, kekuatiran akan hari esok mengalihkan fokus perhatian kita dari Allah kepada hal lain yang “lebih menarik”. Kedua, hal kekuatiran juga menumpulkan kepekaan kita untuk menyadari kehadiran Roh Allah dalam hidup kita. Sebagai akibatnya, kita kesulitan untuk “memberi ruang” yang memadai bagi Dia untuk memimpin hidup kita.

Tantangan kita adalah apakah kita gigih dan tekun untuk mengatasi hambatan yang ada agar hidup kita selalu terarah kepada Allah.
Upaya hidup kudus itu memerlukan pertobatan terus-menerus. Sebab hanya itulah jalan bagi kita untuk dapat hidup dalam persekutuan dengan Allah.
Menanggapi Panggilan Hidup Kristiani Dengan Menjadi Murid

Kita mengikuti Yesus karena pewartaan orang yang sudah lebih dulu mengenal Yesus sebelum kita. Persoalannya, apakah ketika mengikuti Yesus kita dapat mendengar sapaan-Nya, “Apakah yang kamu cari?”
Seandainya kita mendengarnya apakah kita akan menanggapinya dengan menyampaikan maksud kita mengikuti-Nya? Jika jawabannya ya berarti kita telah siap menjadi murid-Nya.
Jika kita mengikuti Tuhan Yesus untuk menjadi murid-Nya, maka Ia akan mengajak kita untuk “tinggal bersama-sama dengan Dia”.

Yesus memanggil diri pribadi kita untuk menjalin suatu relasi yang dekat dan erat dengan-Nya.
Apapun jenis panggilan hidup kristiani kita dan apapun peran-peran yang kita mainkan, Tuhan Yesus ingin menjalin hubungan pribadi yang mendalam dengan diri pribadi kita.
Karya pelayanan kita sebagai murid baru menghasilkan buah setelah kita mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus Kristus. Jadi, karya pelayanan yang dilandasi pengalaman “tinggal bersama Yesus” inilah yang akan mengisi hidup kekal kita.

Baca selengkapnya, dengan klik Panggilan Hidup Kristiani dan Cara Menghayatinya (bag 2)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Panggilan Hidup Kristiani dan Cara Menghayatinya (bag 2)